Sabtu, 16 Februari 2013

Bagaimana menentukan harga desain, fleksibel

Screen shot menentukan harga desain sederhana
Sering ditanya teman, berapa harga sebuah desain. "Harga pasaran sajalah", jawab saya. "Harga pasarannya berapa?", tanyanya lagi. Wah, kalau seperti ini saya jadi bingung jawabnya, standar pasar yang mana nih?

Okelah, saya pernag baca di website sebelah dan saya coba buat rumus di excel semoga bisa membantu Anda yang membutuhkan untuk segera menjawab pertanyaan klien Anda atau calon klien.


Ada beberapa variabel yang harus dirinci diantaranya adalah upah harian karyawan terendah di daerah tempat bekerja berdasar UMR daerah / 30 hari. Nilai intelektual subyektif yang bisa dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu newbie, average, dan profesional. Biaya operasional (listrik, komputer, internet, transport, print, presentasi (dihitung per hari). Jumlah hari kerja (1 hari kerja = 7 jam). Beban pekerjaan (spesial request, tingkat kesulitan, konsep, artistik, dll) yang bisa dibagi menjadi tingkat biasa, sedang, sulit/deadline ketat.

Selanjutnya bisa Anda sesuaikan sesuai kebutuhan di tempat Anda atau di daerah Anda melakukan bisnis ini. Mulai dari range nilai dari masing-masing variabelnya, ini hanya sekedar tools yang tidak 100% bagus, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan Anda. Semoga bermanfaat.

Berbagi untuk keberkahan, ilmu yang bermanfaat.

Rumus menghitung harga desain download di sini

Semangatnya di usia lanjut, terus bekerja

Pak Tua yang tetap semangat bekerja
Di ujung telpon terdengar suara yang khas, suaranya yang sangat bersahabat, menghormati siapa saja walau itu anak muda sekalipun.

"assalamu 'alaikum..."
"Sehat Mas?" tanyanya

saya menjawab salamnya dan menjawab dengan hormat pertanyannya, subhanallah dia banyak memberikan ilmu, semangat mengajarkan yang dulu selalu saya tanyakan.

"Mas, kabar-kabari jika ada yang bisa saya bantu, jangan befikir yang macem-macem ya, jangan berfikiran saya tidak inget umur sehingga masih pengen terus minta kerjaan, saya ada banyak waktu kecuali sore harus memberikan pelajaran ke anak-anak di mushola, nagajarin ngaji anak-anak" yang telah terucap dari beliau

Subhanallah, saya menjawabnya, tidak Pak saya tidak berfikiran seperti itu, justru saya semangat melihat Bapak yang sudah lanjut usia dan pensiunan tetapi masih semangat untuk bekerja keras. Saya berterima kasih masih dipercaya Bapak yang penuh dengan ilmu dan tetap mengajarkan kami untuk terus semangat. Baik Pak saya ada sedikit pekerjaan yang membutuhkan quality control yang baik, saya sangat nyaman jika ini bisa Bapak pegang.

"Iya Mas, insyaAllah, terima kasih, terima kasih sudah bantu saya, terima kasih masih memercayakan ke saya" jawab beliau dengan semangat

dengan berkaca-kaca, saya potong ucapan-ucapan terima kasihnya, "Bapak justru saya yang terima kasih ke Bapak dengan segala hal kebaikan Bapak dulu membagi ilmu, tetap bersama dengan yang muda seiring sejalan"

Inilah sepenggal percakapan yang dapat menyemangati. Beliau ahli di bidangnya, beliau ingin tetap bergerak dan terus menerapkan ilmunya, jangan sampai diam. Beliau tidak pernah ada kata diam, semangatnya membagi ilmu sudah tidak diragukan lagi asalkan kita selalu bersabar menimba dari beliau.

Bagaimana dengan kita untuk semangat bekerja? Hanya cukup dengan begini saja? Lebih suka di zona nyaman? Apakah ilmu ini sudah bermanfaat? Bermanfaat dengan membagikan kepada sesama, dan mereka bangkit dengan ilmu baru yang mereka dapatkan. Yang kita kerjakan berimbang? dunia untuk akhirat? bekerja dengan ibadah, subhanallah...

Doa, berusahalah sesuai syariat, insyaAllah yang di langit merahmati dan melancarkan serta memberkahi usaha kita, amiin.

Jumat, 15 Februari 2013

Sesuatu yang baru, membuat kita hebat

Siapakah Anda? (by MHR)
Sering kita mendengar mungkin ya..., wah maaf bukan tugas saya... mungkin ini bagi orang yang tegas menyampaikan, tetapi ada juga yang diam saja menerimanya, tetapi "mbendol mburi" alias gondok.

Ya, itulah yang sering kita lihat tetapi tidak sedikit pula yang menerimanya dengan senang hati walaupun yang diberikan itu tidak tercantum dalam perjanjian kerjanya. Sesuatu yang baru itu terasa sangat berharga saat kita serius menerima dan mengerjakannya. Betapa mahal sesuatu yang baru itu jika kita harus melakukannya tanpa difasilitasi. Inilah pelajaran, jadi terimalah dengan "postive thinking" selalu. Karena ini menjadi nilai tinggi buat Anda.

Anggaplah kita sedang di"dandani" dipercantik, diperpintar, diperhebat oleh atasan kita atau orang lain. Kitalah yang beruntung jika kita bisa melakukannya dengan baik, tentunya keduanya sama-sama diuntungkan. Lalu, bagaiman dengan perkerjaan utama? inilah kreatifitas kita, inilah kemampuan kita dipertaruhkan bagaimana kita bisa mengambil sesuatu yang baru tanpa kita tersungkur. Tentunya inilah tantangan kita. Mau terus maju atau tidak?

Pastinya, maju... Manajemen waktu, dan pastikan keluarga Anda tidak terkorbankan dalam segala hal. Anda mau mencoba? semua jawaban itu ada di diri Anda semua. Bekerja karena Ibadah....

Kearifan lokal, apaan tuh...?

Para penggiat pemberdayaan mencoba untuk masing-masing menggunakan kearifan lokal untuk dikembangkan. Menjadi suatu yang berpeluang besar untuk "menggarap" hal tersebut. Berbagai cara bisa dilakukan dengan menjadikan suatu program di masing-masing daerah, misalnya membuat buku untuk edukasi masyarakat didaerah-daerah sesuai dengan potensinya. 

Cinta Produk Lokal, dari daerah sendiri (by MHR)
Bagaimana ini menjadi sebuah "project" yang saling bersinergi? Tentunya di masing-masing daerah memiliki berbagai sumberdaya alam dan lain-lain. Memberdayakan masyarakat dengan memberikan edukasi melalui buku adalah sesuatu yang penting. Ambillah contoh kita membuatkan buku pegangan pengolahan umbi tertentu yang selama ini hanya dibuang dan digunakan seperlunya. Kita angkat dengan membantu memberikan edukasi bahwa umbi tersebut bisa diolah dan bisa diproduksi secara massal serta dapat menghasilkan end product yang baik, bernilai ekonomis tinggi. Maka hal ini bisa kita mulai dengan bekerjasama dengan pemerintah-pemerintah daerah.

Fokus pada kearifan lokal dari daerah-daerah dengan pengembangan produk dari daerah tersebut untuk ditingkatkan menjadi produk yang unggulan dengan buku pegangan yang dijadikan pegangan bagi masyarakat di daerah terkait. Kearifan lokal sangatlah luas mulai dai hasil bumi sampai sumberdaya alam yang lebih luas lagi di daerah-daerah tersebut.

Mendengar frase kearifan lokal sepertinya terlihat sangat tidak menarik dan tidak keren. Tetapi jika kita jeli dan memiliki intuisi yang baik ini menjadi "project" besar yang bisa dikembangkan. Bayangkan dengan kemajemukan bangsa kita ini, dengan daerah yang begitu banyak dan hasil bumi serta sumberdaya alam lainnya yang cukup tersebar dan beragam. Maka inilah tugas kita untuk saling bersinergi membangun bangsa ini mulai dari bawah. Bukan dari "atas".

Creative destruction, katanya...

Sebagian dari kita akan melakukan tindakan perubahan, "change!", "change!", "change!". Tetapi kita hanya "kalut" dengan apa yang terjadi di samping kanan kiri kita di luar sana.
Change! by MHR

Sebagian dari kita juga sering melakukan perbahan di saat kita menjelang kritis dan adanya pesaing baru. Berarti kalau seperti ini apakah kondisi kita sedang akan meluncur atau ??? Yang pasti kalau dilihat dari kata kritis ini berarti jelas, kita sedang meluncur bebas ke "lembah".

Padahal kata sebagian pakar bahwa saat di puncak-puncaklah kita harus berfikir. Nah, kapan kita bisa mengetahu bahwa kita sedang di puncak? Rasanya saat kita nyaman dan segala sesuatunya lancar, semuanya baik dan sedang dalam kondisi kita mau, maka yang diinginkan selalu ada. Kurang lebihnya ya... semua menjadi ukuran di perusahaan masing-masing cara mengukurnya, bisa dari target dan lain-lain yang telah tercapai dengan sangat baik mulus dan bebas hambatan. Maka disaat di "puncak"lah itulah berubah, saat kita di atas dan sangat baik, maka saat itulah berubah.....

Saat tetap profesional, tuliskan saja

Memberikan sekat khusus agar kita selalu terkontrol dengan baik adalah penting. dari kata TAQWA kita sudah diajarkan untuk selalu mengontrol diri kita yaitu untuk hubungan hablum minaLLAH dan hablum minannas. Apa jadinya jika kita tidak pernah membawanya, bisa jadi semua akan dilakukan dan menghalalkan segala cara.
P R O F E S I O N A L by MHR

Sepanjang kita menjalani setiap detik kehidupan ini, kita harus membawa TAQWA di manapun itu. Suatu saat kita akan dihadapkan dengan konteks "profesionalisme". Setelah saya menggeluti dan berteman bersama profesionalisme itu, dipikir-pikir memang tidak lepas dari arti TAQWA dan tidakannya, dimana kita mengotrol diri agar selalu di rel yang telah ditentukan dan disepakati bersama. Lalu bagaimana dengan individu yang sudah setengah profesional? Apakah dia tidak bertaqwa? WaLLAHu 'a'lam... ini hanya pengamatan saya selama ini. Di saat kita ingin profesional itulah yang harus kita pegang. Jika kita ingin orang lain jujur maka kita harus awali jujur.

Bagi saya bekerja profesional ini wajib, tidak bisa ditawar. Jika mencoba bermain-main dan mencoba merasakannya akan terjebak dengan situasi yang tidak baik. Alhamdulillah, saya dan keluarga dengan enjoy bisa melakukannya walau sebagian orang melihatnya itu susah. Tapi, tidak bagi kami! Saya harus profesional, apapun anggapan orang toh saya tidak melakukannya. Alhamdulillah, jika kita berusaha berjalan di atas keberkahan dan ridhoNYA, alhamdulillah sesulit apapun itu bagi saya dan keluarga, alhamdulillah walau keluarga banyak saya jauhi secara profesional karena kata profesional dan saya harus tetap menjaga itu, dan saya berlepas dari semua yang menjadi anggapan sebagian orang.

Sulit, untuk klarifikasi. Biarlah dunia yang menceritakan :). Dan inilah pengalaman saya disaat bekerja di suatu perusahaan sedangkan keluarga menjalankan bisnis yang terkait. Ini mudah kami untuk menjalankan profesional! tapi tidak mudah bagi mereka mempercayainya, Masak sih?

Bagi kami, cukup dengan kata sabar dan syukur, InsyaAllah buah profesional itu memberikan kebaikan untuk semua, Amin...

to be continued... (disaat nanti, kapan, untuk melanjutkannya)